Tim Mahasiswa ITS Jurusan Mesin Kenalkan Mobil Buatannya Yang Bernama Sapu Angin I

[ Selasa, 12 Januari 2010 ]

SURABAYA – Hasil karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bertambah lagi. Kemarin (11/1), tim mahasiswa Jurusan Mesin memperkenalkan secara resmi mobil buatannya yang bernama Sapu Angin I. Mobil itu bakal berlaga dalam kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2010, 8-10 Juli mendatang, di Sirkuit Sepang, Kuala Lumpur, Malaysia.

Kemarin, mobil unik tersebut diresmikan Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MSc PhD di Auditorium Pascasarjana ITS. Selanjutnya, mobil sepanjang 2,5 meter itu dijajal di Sirkuit Kenjeran Park, Surabaya.

Dalam acara tersebut, tim Sapu Angin juga memaparkan proses serta perencanaan mobil itu. M. Agus Setiawan, manajer tim, menyatakan bahwa ide Sapu Angin muncul setelah tim ITS mendapat undangan dari Shell untuk mengikuti SEM pada Agustus tahun lalu. Lantas, dibentuklah tim dan skedul pekerjaan. Penjadwalan, perencanaan, pemilihan bahan baku, perakitan, sampai pengecatan dan finishing dikerjakan sendiri oleh tim.

Menurut dia, tim Sapu Angin terdiri atas dua kelompok. Yakni, manajerial dan tim teknis. Tim manajerial bertugas mencari dana, sedangkan tim teknis bekerja membikin mobil tersebut. ”Pembuatan mobil ini memerlukan dana besar,” tuturnya.

Pembuatan Sapu Angin I dimulai September 2009 hingga awal Januari 2010. ”Pekerjaan kami selesaikan sesuai target,” ujarnya. Dia menuturkan, kebanyakan waktu pembuatan dihabiskan untuk mencetak bodi dan rekonstruksi mesin yang harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Sapu Angin I ini merupakan mobil jenis futuristic prototypes. Mobil seberat 30 kg tersebut didesain dengan memaksimalkan efisiensi, baik mesin dan bodi. Karena itu, Sapu Angin I dibuat dengan berat seringan dan seirit mungkin. Mobil jenis itulah yang memang diminta penyelenggara SEM. ”Kami mencoba membuat sebuah kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan,” tegas mahasiswa teknik mesin angkatan 2006 tersebut.

Untuk bisa mendesain kendaraan seperti itu, ada tiga aspek yang ditonjolkan. Yakni, berat kendaraan, efisiensi engine, dan aerodinamika. Mesin yang digunakan adalah jenis Honda yang telah dimodifikasi. Beberapa bagian yang dimodifikasi, antara lain, sistem klep/katup pemasukan bahan bakar yang semula memakai karburator diganti dengan sistem injeksi.

Dalam perlombaan SEM 2009, yang diutamakan adalah keiritan bahan bakar. ”Target kami, Sapu Angin I hanya menghabiskan 1 liter gasoline untuk jarak 1.000 km,” ujarnya.

Selain efisiensi tiga hal tersebut, tim akan melakukan riset untuk terus bisa memperirit bahan bakar. Mobil yang pembuatannya menghabiskan Rp 100 juta itu dikirim ke Malaysia pada Juli mendatang. ”Kami optimistis menang,” tegas Agus. Dengan kecepatan 25-35 km/jam, mobil itu memang tidak akan berlaga dalam kecepatan, tapi keiritan bahan bakar.

Uji Coba

Dalam uji coba di Kenjeran, driver-nya adalah salah seorang anggota tim bernama Imam Muslim. Dia sempat tersenyum saat merebahkan tubuhnya di dalam ”kapsul” yang memiliki lebar tak lebih dari 80 sentimeter itu.

Begitu tubuhnya telentang, dengan cekatan beberapa mekanik dari tim mesin ITS memasangkan sabuk pengaman. Masih dikerumuni mekanik, tangan Imam tampak meraba-raba pegangan starter yang bentuknya mirip setang sepeda motor. Starter dia genggam, ”kapsul” ditutup, dan Imam pun melaju di sirkuit.

Jika diamati, bentuk Sapu Angin I tidak seperti mobil pada umumnya. Tingginya tak lebih dari 70 sentimeter. Yang paling mencolok, mobil itu tak punya kaca depan. Untuk melihat belokan di depan, driver cukup mengandalkan penutup bening yang tepat berada di atas tulang kering kaki.

Menurut dosen pembimbing tim Sapu Angin I, Muhammad Nur Yuniarto, bentuk semacam itu sudah menjadi standar kompetisi Shell Eco-Marathon Asia 2010. Khusus untuk ukuran jarak pandang yang ditetapkan panitia, jarak satu meter dari bodi mobil, tiang setinggi 60 sentimeter sudah bisa terlihat. ”Dan itu sudah sesuai,” kata Yuniarto.

Sebagaimana diberitakan, tim mesin ITS merupakan salah satu di antara empat perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti kompetisi Shell Eco-Marathon Asia 2010 di Kuala Lumpur, 8-10 Juli 2010. Sebagai awal pembuktian, kemarin (11/1) Sapu Angin I diturunkan kali pertama di Sirkuit Kenjeran Park, Surabaya.

Uji coba tersebut sekaligus menjajal ketahanan mesin dan bodi kendaraan setelah tiga bulan dirakit. Pada running test awal, laju mobil yang didesain menyerupai tetesan air itu tak melesat. Bahkan, saat starter, Imam sulit memberangkatkan mobilnya.

Benar saja, untuk putaran pertama, Sapu Angin sempat tersendat beberapa kali karena terjadi kendala teknis. ”Sistem transmisi dari mesin ke roda belakang agak terganggu, sehingga ruji masih sering lepas,” jelas Muhammad Nur Yuniarto, dosen pembimbing tim Sapu Angin I.

Dia berkilah, wajar jika pada uji coba pertama Sapu Angin I masih rewel. Menurut dia, justru dari laporan itulah timnya bisa segera mengejar kekurangan di sana-sini. ”Semua itu kami jadikan masukan karena kami juga ingin mobil ini lebih siap,” ucapnya.

Kendati masih menghadapi kendala, Yuniarto dan Manajer Tim Mesin ITS Muhammad Agus Setiawan optimistis timnya bisa menyempurnakan tiga elemen utama mobil. Yakni, pengurangan berat kendaraan dengan konsep aerodinamis, meminimalkan gesekan ban, serta menghemat bahan bakar dengan sistem injeksi. ”Kami sebut energy on demand karena sesuai permintaan,” tutur Agus.

Dalam kompetisi Shell-Eco Marathon di Sepang mendatang, Shell sebagai pelaksana meminta para peserta menciptakan kendaraan yang irit bahan bakar. Sebab, dalam pertarungan nanti, masing-masing tim dibekali bahan bakar dengan tiga tangki berbeda, yakni ukuran 50 cc, 100 cc, dan 150 cc.

”Tim yang bisa menghabiskan bahan bakar terbatas dengan jumlah lap terbanyak, itu yang diperhitungkan,” kata Yuniarto. Karena itu, yang dicari bukan hanya tercepat, tapi juga teririt. ”Kalau cepat tapi pada lap keempat bahan bakar sudah habis, kan sama saja,” ujarnya. (upi/win/oni)

Sumber

Leave a comment